DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Hanya bagi Allah segala puji syukur kita panjatkan karena
atas hidayah dan petunjuk-Nya kita berada di atas jalan lurus (ash-shiraatal mustaqiim) ini, yaitu dienul
Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada uswah
kita yang telah menyampaikan risalah kebenaran, Rasulullah Muhammad SAW, juga
bagi keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman nanti.
Makalah yang berjudul Islam Sebagai Pedoman dan
Petunjuk Hidup Manusia ini penyusun rangkai sebagai tugas pokok pada mata
kuliah Ilmu Kalam. Pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai ajaran
yang sempurna, Islam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
tidak dapat diambil sebagian saja dengan meninggalkan yang lain. Islam
mengkombinasikan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka keliru, orang yang
berpendapat bahwa Islam hanyalah agama yang berkaitan dengan masalah ritual
saja, sebab Islam adalah suatu sistem yang komprensif dan mencakup seluruh
aspek kehidupan. Islam mengatur keharmonisan antara materiil dan sprirituil,
serta ibadah dan mu’amalat untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.
Keliru dan jahil pulalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Islam tidak
memiliki aturan-aturan hukum selain aqidah dan ibadah seperti ekonomi, politik,
kemasyarakatan (ketatanegaraan) dan lain-lain.
Kita harus
yakin bahwa Allah menjamin adanya aturan yang mencakup semua fenomena kehidupan. Sebagaimana
firman Allah SWT :
...وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ
شَيْءٍ...
Artinya: “…dan Kami turunkan al-Kitab
(al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu….” (Q.S. an-Nahl/ 16: 89).
Menurut Dr.Husein Syahatah
(2001:2), Al-Sunnah juga merupakan sumber hukum syari’ah kedua juga menjelaskan
cara-cara mengikuti kitab Allah (Al-Qur’an) yang merupakan petunjuk untuk
mewujudkan kehidupan yang aman dan tentram bagi manusia di dunia maupun
akhirat.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan
yang kami kemukakan dalam makalah ini antara lain
1. Bagaimana
cara agama Islam dalam menjadikan Islam sebagai pandangan hidup ?
2. Bagaimana beribadah dalam Islam ?
3. Apa saja nilai-nilai ajaran agama Islam sebagi pedoman hidup, beribadah dan bermasyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam
Islam (Arab: al-islām, الإسلام : "berserah diri kepada
Tuhan") Adalah agama wahyu yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang
terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan lebih dari satu
seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai
agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله,
Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti
"seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa
Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul
utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan
rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
2.2 Pengertian Pandangan & Pedoman Hidup
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan
hidup. Pandangan hidup bersifat kodrati, karena itu ia akan menentukan masa
depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan
pegangan, pedoman, arahan serta petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan
itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah seseorang menurut
waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul
sekita atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang
cukup lama dan terus-menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji
kenyataannya. Sehingga hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, dan diakui
kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai
pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
2.3 Islam Sebagai Pandangan Hidup
Cara manusia
memandang dan mensikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari
beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal
dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau
lainnya. Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Sejak dulu, umat Islam dalam memahami ajaran Islam tak pernah surut. Segala potensi dan metodologis
digunakan untuk memberi jalan kemudahan mengenal Islam dari berbagai sudut
dimensi. Singkatnya, banyak jalan bagaimana memahami Islam secara utuh dan
komprehensif. Islam adalah denyut nadi yang mensejarah sepanjang peradaban
manusia. Sampai kapan pun, Islam tak akan pernah kering dari perhatian orang.
Studi-studi agama menempatkan Islam sebagai kajian menarik yang dilakukan
setiap orang. Lebih dari itu, kini Islam di Barat menjadi perhatian orang-orang
yang tengah kehilangan pegangan hidup yang pasti. Tidak sedikit, orang Barat
tertarik mempelajari Islam, bahkan memeluknya sebagai pegangan hidup.
Intensitas pengkajian terhadap Islam sungguh di luar dugaan. Tidak saja di
pesantren-pesantren, sebagai basis mendalami ajaran Islam, melainkan di
perguruan tinggi ramai mempelajari Islam. Meski ajaran Islam terkesan doktriner
dan final, tetapi justru membuat banyak orang tertarik melakukan pengkajian
terhadapnya. Cara pandang seseorang pun bisa berbeda, orang awam berbeda dengan
kaum cendikiawan, orang kaya berbeda dengan orang miskin, politikus berbeda
dengan ekonom, dan begitu seterusnya.
Memang, dari dulu ajaran Islam tetap sama. Namun setiap kepala orang dapat
berbeda dalam mengartikulasikan Islam. Hal ini karena Islam mengandung nilai
universalitas yang cukup memberi peluang setiap pemeluknya untuk berbeda. Meski
berbeda memahami Islam, semangat untuk menghayati dan mengamalkan Islam justru
semakin dinamis. Hal ini bisa terlihat dari semangat banyaknya organisasi Islam
yang tak pernah sepi dari upaya kreatif memahami Islam.
Dalam memahami
ajaran Islam membutuhkan rujukan aslinya. Dari sumber itu baru dapat dipahami
secara korelatif, integratif dan berkesinambungan. Dengan melibatkan berbagai
pendekatan (interdisipliner), secara utuh Islam dapat dipahami lebih terbuka
dan kontekstual sesuai dengan tingkat peradaban umat manusia. Islam tampil
sebagai kekuatan penggerak spiritual, moral, ilmu dan amal saleh.
Aktualisasi ajaran
Islam adalah penting. Hal ini seperti pesan Qur’an maupun hadits yang menyuruh
umat Islam agar selalu mengerahkan ‘aql atau pemikiran dan sekaligus
menyesuaikan perkembangan dan perubahan zaman.
Islam sebagai agama
sekaligus doktrin, setidaknya ada tiga hal yang pertu dipetik, yakni Islam sebagai
sumber kekuatan dan keyakinan spiritual, Islam sebagai wawasan dan pandangan
hidup (world view) dan Islam sebagai komitmen hidup dan perjuangan. Pemahaman
seperti inilah akan memberikan jawaban terhadap persolaan di tengah tantangan
kehidupan manusia dewasa ini. Islam menjadi petunjuk yang selalu up to date sepanjang
masa.
2.4 Islam Sebagai Pedoman Hidup
Nilai-nilai ajaran agama Islam sangatlah luas, namun tidak banyak
masyarakat mengetahui manfaat dan cara-cara menerapkan nilai-nilai ajaran agama
Islam. Dalam hal ini nilai-nilai ajaran agama Islam sebagi pedoman hidup,
beribadah dan bermasyarakat merupakan hal yang sangat pantas untuk dipelajari
lebih dalam.
Islam memberikan konsepsi yang
lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan (minhajul hayah) dengan
konsepsi yang benar. Maka dengan itu inilah nilai-nilai ajaran agama Islam
sebagai pedoman hidup, beribadah dan bermasyarakat, diantaranya :
2.4.1 Keyakinan / Aqidah ( Al-I’tiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ
لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ
مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ
أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا
بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا ئَُودُهُۥ
حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ ٢٥٥
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi
syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar.
قُلۡ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣ قُلۡ
أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٖۚ وَلَا تَكۡسِبُ كُلُّ
نَفۡسٍ إِلَّا عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ ثُمَّ إِلَىٰ
رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ١٦٤
Katakanlah: sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain526. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan. (QS. Al An’am:162-164)
yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan
hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang Nabi
dan Rasul; atentang alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah
mati; alam barzah; kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya.
semua dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah.
2.4.2 Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ
لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن
كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah
kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. dan QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
لَا
جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَۚ إِنَّهُۥ لَا
يُحِبُّ ٱلۡمُسۡتَكۡبِرِينَ ٢٣ وَإِذَا قِيلَ لَهُم مَّاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡ
قَالُوٓاْ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٢٤ لِيَحۡمِلُوٓاْ أَوۡزَارَهُمۡ كَامِلَةٗ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَمِنۡ أَوۡزَارِ ٱلَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيۡرِ عِلۡمٍۗ
أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ ٢٥ قَدۡ مَكَرَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ فَأَتَى ٱللَّهُ
بُنۡيَٰنَهُم مِّنَ ٱلۡقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيۡهِمُ ٱلسَّقۡفُ مِن فَوۡقِهِمۡ
وَأَتَىٰهُمُ ٱلۡعَذَابُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَشۡعُرُونَ ٢٦ ثُمَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ
يُخۡزِيهِمۡ وَيَقُولُ أَيۡنَ شُرَكَآءِيَ ٱلَّذِينَ كُنتُمۡ تُشَٰٓقُّونَ
فِيهِمۡۚ قَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ إِنَّ ٱلۡخِزۡيَ ٱلۡيَوۡمَ وَٱلسُّوٓءَ
عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٧ ٱلَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ظَالِمِيٓ
أَنفُسِهِمۡۖ فَأَلۡقَوُاْ ٱلسَّلَمَ مَا كُنَّا نَعۡمَلُ مِن سُوٓءِۢۚ بَلَىٰٓۚ
إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٢٨ فَٱدۡخُلُوٓاْ أَبۡوَٰبَ
جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۖ فَلَبِئۡسَ مَثۡوَى ٱلۡمُتَكَبِّرِينَ ٢٩ ۞وَقِيلَ
لِلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ مَاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡۚ قَالُواْ خَيۡرٗاۗ لِّلَّذِينَ
أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۚ وَلَدَارُ ٱلۡأٓخِرَةِ خَيۡرٞۚ
وَلَنِعۡمَ دَارُ ٱلۡمُتَّقِينَ ٣٠ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ لَهُمۡ فِيهَا مَا يَشَآءُونَۚ كَذَٰلِكَ يَجۡزِي ٱللَّهُ
ٱلۡمُتَّقِينَ ٣١ ٱلَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ طَيِّبِينَ
يَقُولُونَ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمُ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
٣٢ هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأۡتِيَهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَوۡ يَأۡتِيَ
أَمۡرُ رَبِّكَۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ ٱللَّهُ
وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٣٣ فَأَصَابَهُمۡ سَئَِّاتُ مَا
عَمِلُواْ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٤ وَقَالَ ٱلَّذِينَ
أَشۡرَكُواْ لَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ مَا عَبَدۡنَا مِن دُونِهِۦ مِن شَيۡءٖ نَّحۡنُ
وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمۡنَا مِن دُونِهِۦ مِن شَيۡءٖۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِهِمۡۚ فَهَلۡ عَلَى ٱلرُّسُلِ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ ٣٥ وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ
فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ٣٦
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia850. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".Tuhanmu lebih
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka
sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. Dan berikanlah
kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS.Al Isra :23-27)
Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam
semesta. Aqidah Islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang
terbaik dan menghindari yang buruk”.
2.4.3 Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ
عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah:
maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu
tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26 ayat 192 – 195 yaitu “192. Dan
Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193.
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
195. Dengan bahasa Arab yang jelas.”
مَآ
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ
مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا
تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣
Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira1460 terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri.(QS. Al Hadid:23-24)
Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat
dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini
sehingga melahirkan generasi yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai
konteks yang melatarbelakangi.
2.4.4 Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151:
كَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِيكُمۡ رَسُولٗا مِّنكُمۡ
يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمۡ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ
وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ ١٥١
“ Sebagaimana (Kami Telah
menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui”. QS Ali ‘Imran surat ke 3 ayat 164. “Sungguh Allah
Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus
diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS surat Al
Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata:”
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. [QS. Al
Alaq:1-5]
Islam sebagai pedoman hidup harus dipahami dengan baik dan diwariskan
pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut
hany berhasil melalui pendidikan yang Islami.
2.4.5 Sosial (Al-ijtima’i)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10:
ٱلزَّانِيَةُ وَٱلزَّانِي فَٱجۡلِدُواْ كُلَّ
وَٰحِدٖ مِّنۡهُمَا مِاْئَةَ جَلۡدَةٖۖ وَلَا تَأۡخُذۡكُم بِهِمَا رَأۡفَةٞ فِي
دِينِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ
وَلۡيَشۡهَدۡ عَذَابَهُمَا طَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٢ ٱلزَّانِي لَا
يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوۡ مُشۡرِكَةٗ وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلَّا
زَانٍ أَوۡ مُشۡرِكٞۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٣ وَٱلَّذِينَ
يَرۡمُونَ ٱلۡمُحۡصَنَٰتِ ثُمَّ لَمۡ يَأۡتُواْ بِأَرۡبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجۡلِدُوهُمۡ
ثَمَٰنِينَ جَلۡدَةٗ وَلَا تَقۡبَلُواْ لَهُمۡ شَهَٰدَةً أَبَدٗاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٤ إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُواْ مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ
وَأَصۡلَحُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٥ وَٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ
أَزۡوَٰجَهُمۡ وَلَمۡ يَكُن لَّهُمۡ شُهَدَآءُ إِلَّآ أَنفُسُهُمۡ فَشَهَٰدَةُ
أَحَدِهِمۡ أَرۡبَعُ شَهَٰدَٰتِۢ بِٱللَّهِ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٦ وَٱلۡخَٰمِسَةُ
أَنَّ لَعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ إِن كَانَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٧ وَيَدۡرَؤُاْ
عَنۡهَا ٱلۡعَذَابَ أَن تَشۡهَدَ أَرۡبَعَ شَهَٰدَٰتِۢ بِٱللَّهِ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ
٨ وَٱلۡخَٰمِسَةَ أَنَّ غَضَبَ ٱللَّهِ عَلَيۡهَآ إِن كَانَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ
٩ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ
وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ ١٠
(2)“Perempuan
yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk tidak (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman. (3) Laki-laki yang berzina tidak mengawini
melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan
yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.
(4) Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. (5)
Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (6) Dan orang-orang yang
menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi
selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang
benar. (7) Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk
orang-orang yang berdusta. (8) Istrinya
itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya
suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. (9) Dan (sumpah) yang
kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang
benar. (10) Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan
(andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan
mengalami kesulitan-kesulitan). Interaksi sosial manusia tidak lepas dari
sentuhan Islam.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ
خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا
مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ
بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ١١
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri1410 dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman1411 dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. [QS. Al Hujurat:11-12]
Islam
mengatur sedemikian sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh
kasih sayang dan bebas dari permusuhan.
2.4.6 Politik (as-siyasi)
Surah Al maidah.48:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ
مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم
بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا
جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ
شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ
ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan
aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
perkara mereka, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.
(Al-Maidah:48)
وَقَٰتِلُوهُمۡ
حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِۚ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ
فَإِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ٣٩
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS.Almaidah:59]
Sebagai khalifah Allah di bumi, kita tidak akan lepas dari masalah politik,
baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana
seharusnya politik dan berpolitik itu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat
urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya,
tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu
berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan
nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak
berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai
dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam
bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun
amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact
kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan
dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi
rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir
kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang
lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang
bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia
dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik
adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak
jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi
halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah
seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang
mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan
musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam
secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan
sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau
organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang
terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang
dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban
pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan
kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan
langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil
rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan
Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal
da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali
pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan
pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi
kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia
adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah
(wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah
materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah
atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan
ibadah yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai
Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan
apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat,
birokrat, petani, buruh, politikus dan eksekutif bahkan seorang presiden
sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik,
akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah
2.4.7 Ekonomi (muamalah)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia
melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan
untuk memenuhi kesenangan sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di
dunia dan di akhirat nanti.
Terdapat 4 (empat) prinsip dalam sistem
ekonomi syariah
a.
Prinsip Tauhid : fundamen ajaran islam (ketundukkan & kepatuhan kepada
allah swt serta memiliki motivasi dalam beribadah)
b.
Prinsip Kemanusiaan : kewajiban
manusia untuk menyembah Allah swt dan memakmurkan bumi (QS. Hud:61) dan karena
adanya perbedaan kemampuan & kapasitas diantara manusia dimana perbedaan itu
menjadi ”ujian” untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat (QS. Al An’am). Agar saling membantu dan bekerjasama sesama
manusia, berlandaskan hal tersebut maka dengan prinsip ini dapat dikatakan
terdapat hubungan antara sang khalik allah swt, manusia dan alam.
c.
Prinsip Kebebasan & Tanggung Jawab
Islam mengakui dan menghargai kebebasan manusia karena penciptaan manusia
memiliki tujuan yang jelas (QS. Ali
Imran 190-191) yaitu tidak tunduk pada apapun selain allah swt (QS. Ar Rad :36,
Lukman :32)
d.
Prinsip Keadilan
Menjadi kewajiban manusia untuk berlaku adil sebagai khalifah fi al-ardh
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam surat
an-Nisâ/4:29-30
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا
تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٰلَكُم بَيۡنَكُم بِٱلۡبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً
عَن تَرَاضٖ مِّنكُمۡۚ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ
بِكُمۡ رَحِيمٗا ٢٩ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ عُدۡوَٰنٗا وَظُلۡمٗا فَسَوۡفَ
نُصۡلِيهِ نَارٗاۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا ٣٠
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling
memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali lewat perdagangan yang
dilandasi rasa suka sama suka diantara kalian, dan janganlah kalian membunuh
diri kalian. Seseunggunya Allâh Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa yang
berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan dzalim akan Kami masukkan dia
ke neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allâh.
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا
"Dan Allah s.w.t telah menghalalkan
jual-beli dan mengharamkan riba." (Surah Al-Baqarah : ayat 275)
2.4.8 Militer (al-’askari)
Ilmu Militer Dalam Islam, semenjak awal Islam memang
menaruh perhatian khusus mengenai soal perang. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah meminta
agar para anak lelaki diajari berenang, memanah, dan berkuda. Berbagai kisah
peperangan seperti legenda Daud dan Goliath juga dikisahkan dengan apik dalam
Alquran. Bahkan, ada satu surat di Alquran yang berkisah tentang `heroisme'.
وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤
''Demi kuda perang yang berlari kencang
dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku
kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia
menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.'' (QS. Al 'Adiyat
1-4).
وَقَٰتِلُوهُمۡ
حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِۚ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ
فَإِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ٣٩
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah611 dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah612. Jika mereka berhenti
(dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihatapa yang mereka kerjakan.
[QS. 8:39]
Kaum muslim sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya
mengenai soal perang dan ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai 'jihad' dan
pengenalan terhadap seluk beluk kuda, panahan, dan taktik militer. Salah satu
buku yang terkenal dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The
Catologue yang merupakan karya Ibnu Al-Nadim (wafat antara 380 h - 338
H/990-998 M).
Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori
mengenai cara menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan,
tentang berperang, dan menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah
dipakai oleh semua bangsa. Karya semacam ini pun kemudian banyak muncul dan
disusun pada masa Khalifah Abbasiyah, misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan
al-Ma'mun.
Bahkan, pada periode kekuasaan Khalifah Al -Mamluk
produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang sangat pesat. Minat para
penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah
karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. Pembahasan
sering dibahas adalah mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan serangan
bangsa Mongol.
2.4.9 Peradilan (al-jina-i)
Identivikasi peradilan dalam Islam
1. Landasan teologis mengacu pada
kekuasandangan dan kehendak Allah berkenaan dengan penegaan hukum dan keadilan.
2. Landasan historis yang menghubungkan
mata rantai peradilan Islam yang menurut pandangan ahli fuqaha dan pakar Islam,
tumbuh dan berkembang sejak masa Rasulullah.
3. Landasan yuridis yang mengacu pada
dan konsisten dengan konsistusi dan peraturan perundang-undang yang berlaku di
Indonesia.
4. Landasan sosiologis yang
menunjukan bahwa peradilan agama merupakan interaksi antara elite Islam.
Peradilan
dibentuk untuk menegakkan hukum dan keadilan serta pergaulan hidup manusia, hal
tersebut merupakan konsekuensi bagi hamba Allah, yang taat kepada Allah dan Rasullnya.
Serta wajib membuat keputusan secara adil.
۞إِنَّ
ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا
حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا ٥٨ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ
إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ
تَأۡوِيلًا ٥٩
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (4: 58).Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (An-Nisa’ : 58-59)
أَفَحُكۡمَ
ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡمٗا لِّقَوۡمٖ
يُوقِنُونَ ٥٠
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? [QS. Al Maidah:50]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai agama Islam sebagai pedoman hidup,
beribadah dan bermasyarakat memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda.
Bahwasannya agama Islam memiliki fungsi
tersendiri dan memiliki struktur yang
dapat membuat hidup manusia lebih terkonsep dan tertata rapi.
Allah
Swt berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah
Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agamamu. (Q.S. Al – Ma’idah (5): 3)
Ajaran Islam adalah sebagai pedoman hidup yang penuh
dengan petunjuk dan tuntunan untuk mengatasi segala persoalan agar kita bahagia
di dunia dan dan di akhirat. Al-Quran sejatinya diturunkan oleh Allah
untuk menjadi petunjuk, penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda antara hak dan
batil, benar dan salah, baik dan buruk serta terpuji dan tercela. Karenanya
al-Quran itu harus dijadikan pedoman hidup. Untuk itu keimanan terhadap Al-Quran
haruslah totalitas, keseluruhannya, bagian-perbagiannya, dan ayat-perayat yang
ada di dalamnya.
Allah
Swt berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah, 2/208)
Allah swt telah memberi label kepada orang-orang yang
beriman sebagai beruntung bahkan Allah swt menjaminya baik itu dalam hal
berekonomi, hukum, politik, bermasyarakat dan lain sebagainya dan implikasinya
akan bermuara pada konsep "Rahmatan Lil Alamin". Sungguh beruntung
orang-orang yang beriman (QS. al mu'minun : 1)
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al Karim
Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam UPI, 2009, Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup, ValuePress, Bandung
Hasan, Cik Bisri. 1997. Peradilan
Islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia. Pt Remaja Rosdakarya
Offset.Bandung
Sukarno, Fahrudin. 2010. Etika
Produksi Dalam Ekonomi Islam. Al Azhar Press Bogor
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Allah
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://mhaidarhanif.wordpress.com/2012/04/25/manusia-dan-pandangan-hidup/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar